Mei 01, 2012

HARDIKNAS bukan HARPITNAS

Aloha Readers. 

Apa Kabarnya ...? Apa kalian juga sedih karena MU kalah semalam ...? #galaubola

1st of all, gue mau ngucapin SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL yang jatuh pada hari ini, 2 mei 2012. 

Selalu menarik kalo kita mau ngomongin soal pendidikan di Indonesia. Banyak banget hal yang seketika pop up di otak kita. Dari sekedar kriteria guru idaman, sekolah idaman sampe sistem pendidikan idaman. Hmm, ga salah juga sih. Sebagai orang yang katanya terdidik, emang wajar kalo kita mikirin soal kualitas pendidikan yang makin kesini makin ga jelas standar dan tolak ukurnya. Beberapa pertanyaan krusial yang sering muncul adalah :

1. Apa Ujian Nasional itu masih penting buat dijadikan gerbang terakhir untuk naik ke tingkat berikutnya ...? mengingat kenyataan bahwa nilai - nilai yang terpampang di selembar kertas itu kebanyakan ga valid, ga selaras sama kualitas sdm yg sebenarny

2. Ujian Nasional, berarti berstandar nasional. Dimana semua daerah mendapatkan soal dengan tingkat kesulitan yang sama.Yang jadi soal, proses pembelajaran, fasilitas dan kualitas pengajar di setiap daerah ternyata ga sama.So how ....

3. Kenapa Hardiknas kalah populer sama Harpitnas ...? ehem. ini fakta juga lho.

Okay. Mungkin gue bukan anak SMA yang baru menghadapi stresnya Ujian Nasional. Tapi sebaiknya kita sadar, kalo sistem ini diterapkan terus maka nanti selepas SMA, para generasi muda akan sangat kaget menghadapi dunia perkuliahan yang jauh lebih obyektif dalam memberikan penilaian. Dunia yang ga manja kayak waktu mereka SMA kemaren. Dunia yang lebih kompleks. Dimana tujuan orang jadi mahasiswa bukan hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Khususnya di jurusan yang berbau seni. Dimana nilai praktek jauh lebih penting ketimbang hanya tau teori semata, Belum lagi nantinya mereka juga akan masuk ke dalam dunia kerja yang kadangkala ga cukup hanya mengandalkan "look dan luck semata" . Dimana keadilan bener - bener harus diterjemahkan secara harafiah. Hanya yang berusaha yang dapet hasil maksimal. 

Kalo gue ditanya mengenai masalah apa aja yang terjadi di dunia pendidikan indonesia, gue ga akan bisa jelasin. Gue bukan orang yang tepat dan mumpuni untuk ngejelasin, selain itu, masalahnya buanyyaaaaakkk dan berkaitan satu sama lain. Ibarat akar, ini akar serabut. Ibarat maze, ini udah level 100. Ibarat rambut, ini udah kribo akut kayak rambutnya yoda indonesian idol 2012. Pada tau kan. Itu lho yang performancenya rocker banget. Suaranya tinggi banget lho. Keren, Tiap kali tampil matanya kayak abis ditonjokin orang. Item - item gitu lho. *keluar topik dengan sukses*

Okay kembali ke topik. Pendidikan di Indonesia itu sebenarnya sangat mengasikkan. Sekolah - sekolah multi etnis dan internasional memberi banyak sekali nilai - nilai budaya, sosial dan kebangsaan yang akhirnya meresap ke dalam diri kita. Disadari maupun tidak disadari. Tanpa perlu belajar antropologi dan sosiologi secara mendalam kita sudah tau banyak tentang budaya suku lain dari perilaku teman - teman sekolah kita. Kita belajar bertoleransi dengan teman - teman yang berasal dari status sosial berbeda, agama yang berbeda dan kondisi keluarga yang berbeda. Seru kan. Gue inget banget waktu gue bertamu ke rumah temen gue yg letaknya agak di luar kota denpasar. Temen gue ini nyuguhin semangka sebagai ganti kue dan kopi. Dia bilang dengan bangga "Ini dari kebun keluargaku lho", waooww, gue heran, gue kagum , dan gue bungkus 3 buah semangka pada akhirnya. Iya, kalo udah soal buah gue emang buas. Tapi dibalik kebuasan gue, ada sebuah pelajaran yang bisa diambil, yaitu rasa bangga dan rasa syukur dengan apa yang kita punya, sekaligus pelajaran tentang memberi yang terbaik pada orang lain. Dan itu gue dapet dari temen sekolah gue yang notabene yg rumahnya udah masuk kawasan denpasar coret. Mungkin hal - hal seperti ini yang membuat kita lebih sering mengutamakan kepentingan sosial dan teman - teman kita yang terlibat di dalamnya ketimbang memikirkan sekedar nilai akademis semata. Contoh paling nyata adalah, ketika mahasiswa - mahasiswa memilih turun berdemonstrasi ke jalanan untuk membela kepentingan sosial, kepentingan rakyat daripada berkutat dengan skripsi mereka yang udah 2 semester nggak kelar - kelar. Agak kontradiksi memang. Apalagi ditambah fakta kalo mereka berjuang dengan cara yang salah. Destruktif. Yang akhirnya mengorbankan banyak hal lainnya. Tapi menurut gue sebodoh apapun tindakan mereka. Mereka adalah orang terdidik. Hanya saja kita tidak tahu, bagian mana dalam dirinya yang terdidik. 

Banyak orang bilang, ilmu ga cuman ada di sekolah dan lembaga - lembaga pendidikan tinggi. Gue sih setuju dengan pernyataan itu. Hanya saja kadang kita sering lupa kalo kita perlu bantuan pihak ketiga untuk mengetahui cara memanfaatkan dan mengaplikasikan ilmu yang tersebar dimana -dimana itu. 

Sekian dari gue. Sorry agak pendek. Kalo ngomongin hal - hal terpelajar gue cepet blank out.

Salam Hangat Selalu. Tertanda : Si begeng Ganteng yang bersahaja. Uhuuuuk *keselek sendiri*

Akhir kata, gue mengucapkan 

Maju Terus Dunia Pendidikan Indonesia, kami besertamu.